Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panduan Menggunakan Kapur Dolomit untuk Menyuburkan Tanah dan Tanaman

Kompas.com - 22/09/2022, 16:02 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Ilustrasi pemberian kapur dolomit pada tanah. SHUTTERSTOCK/FOTOHELIN Ilustrasi pemberian kapur dolomit pada tanah.

Pupuk seperti pupuk NPK, ZA, TSP yang bersifat asam karena mengandung belerang akan dinetralkan oleh kapur yang bersifat basa dampaknya pH tanah tidak naik dan nutrisi tidak tersedia lagi.

Oleh karena itu, pemupukan dan pengapuran harus dilakukan secara terpisah, paling tidak selang tiga minggu atau idealnya 40 hari setelah pengapuran baru dilakukan pemupukan, tujuannya agar kondisi unsur hara tanah kembali pulih.

Baca juga: Manfaat Kapur Dolomit untuk Menyuburkan Tanah dan Tanaman

Pada prinsipnya semua tanaman membutuhkan unsur hara berupa kalsium dan juga magnesium, jika tanaman kekurangan dua unsur hara tersebut akan ada dampak buruk yang terjadi, manfaat kapur dolomit yang cukup terkenal untuk tanaman adalah sebagai pupuk.

Dolomit merupakan jenis batuan kapur yang juga dapat memberi manfaat bagi tanah dan tanaman.

Berikut manfaat pupuk dolomit untuk kesuburan tanah dan tanaman.

  • Memberikan nutrisi yang berharga bagi tanaman
  • Membantu mengubah pH tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman
  • Dapat menetralisir kejenuhan zat-zat yang berlebihan dan bisa meracuni tanah dan tanaman, seperti zat Al (alumunium), Fe (zat besi), Cu (Tembaga) jika berlebihan tentu akan menimbulkan efek buruk bagi tanah dan tanaman

Baca juga: Cara Menyuburkan Tanaman Pakai Micin

  • Meningkatkan efektivitas dan efisiensi tanah terhadap zat-zat hara di dalamnya
  • Menjaga ketersediaan unsur hara dalam tanah
  • Mengaktifkan berbagai jenis enzim dalam tanaman
  • Merangsang pembentukan zat lemak, karbohidrat, dan berbagai nutrisi lain

Cara menggunakan kapur dolomit

Apabila kapur dolomit digunakan untuk memperbaiki keadaan tanah yang rusak, maka cara aplikasinya adalah kapur dolomit disebar atau ditabur merata pada permukaan tanah yang akan diolah atau sebelum ditanam.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Varietas Tanaman
Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Varietas Tanaman
Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Varietas Tanaman
Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Varietas Tanaman
Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau