Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panduan Pupuk untuk Cabai Rawit agar Rajin Berbuah

Kompas.com - 29/12/2022, 12:55 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Cabai adalah salah satu komoditas strategis di Indonesia, karena dapat memengaruhi tingkat inflasi akibat fluktuasi harga yang sering terjadi di pasaran. Salah satu jenis cabai yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah cabai rawit.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Kamis (29/12/2022), cabai rawit (Capsicum frutescens) termasuk dalam famili Solanaceae dan merupakan tanaman berumur panjang (menahun).

Tanaman cabai rawit dapat hidup antara dua hingga tiga tahun apabila dipelihara dengan baik dan kebutuhan haranya tercukupi.

Baca juga: Cara Membuat Media Tanam untuk Cabai Rawit di Polybag

Tanaman cabai rawitPexels/Mark Stebnicki Tanaman cabai rawit

Terdapat beberapa jenis cabai rawit, antara lain rawit kecil, sedang dan besar. Umumnya cabai rawit kecil rasanya sangat pedas.

Budidaya cabai rawit secara umum tidak berbeda nyata dengan budidaya cabai merah. Namun, yang harus diperhatikan adalah jarak tanam dan pemupukannya.

Karena umurnya yang panjang, pemupukannya lebih banyak. Umumnya tanaman cabai rawit lebih tahan terhadap penyakit dibanding cabai yang lainnya.

Pemupukan merupakan salah satu komponen yang sangat mempengaruhi hasil bagi petani cabai, sehingga komponen pupuk ini harus benar-benar dipahami dan dilaksanakan oleh petani dalam usaha taninya.

Baca juga: Media Tanam Cabai Rawit di Polybag, Apa Saja?

Berikut panduan pupuk untuk cabai rawit agar rajin berbuah.

Pupuk dasar tanaman cabai rawit

Pemupukan cabai rawit disesuaikan dengan kondisi lahan spesifik lokasi. Kebutuhan pupuk meliputi pupuk kandang sebanyak 10 sampai 30 ton per hektar, pupuk urea sebanyak 200 sampai 300 kg per hektar, pupuk SP-36 sebanyak 200 sampai 300 kg per hektar, dan pupuk KCl sebanyak 150 sampai 250 kg per hektar.

Ilustrasi pupuk urea. SHUTTERSTOCK/CRINIGER KOLIO Ilustrasi pupuk urea.

Pemberian pupuk kandang dan kapur dolomit dilakukan saat pembuatan bedengan. Adapun untuk pupuk kandang, jika dikonversikan adalah 0,5 hingga 1,5 kg per tanaman dengan asumsi populasi tanaman sebanyak 20.000 per hektar.

Pupuk dasar diberikan dengan cara membuat larikan berjarak 25 sampai 30 cm dari tepi bedengan. Adapun jarak larikan adalah 70 cm.

Baca juga: 6 Tips Menanam Cabai Rawit di Gunung agar Pertumbuhannya Baik

Kemudian, taburkan pupuk secara merata pada larikan tersebut. Pemberian pupuk dasar cabai rawit dilakukan sebelum pemasangan mulsa sebanyak setengah dosis.

Pupuk susulan tanaman cabai rawit

Pemupukan susulan bertujuan untuk memenuhi hara pada tanaman pada fase vegetatif hingga generatif awal dengan cara dicairkan terlebih dahulu.

Ilustrasi pupuk NPK mutiara. SHUTTERSTOCK/BON JOVI Ilustrasi pupuk NPK mutiara.

Pencairan pupuk ini bertujuan agar hara yang dibutuhkan pada tanaman cabai menjadi cepat tersedia dan cepat pula diserap oleh tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi baik dan sehat.

Pemupukan susulan diberikan pada saat tanaman berumur satu sampai empat minggu menggunakan sisa pupuk dasar. Pemupukan susulan ini bisa dberikan dengan cara dikocor.

Baca juga: Cara Menyemai Bibit Cabai Rawit Unggul

Setiap tanaman disiram dengan 150 sampai 250 ml larutan pupuk. Larutan pupuk dibuat dengan mengencerkan 1,5 sampai 3 kg pupuk buatan per 100 liter air.

 

Pemupukan susulan yang digunakan adalah pupuk NPK. Apabila dikonversikan, maka konsentrasi yang digunakan adalah sebanyak 15 sampai 30 gram per 1 liter air.

Pupuk yang dilarutkan kemudian diaplikasikan dengan cara dikocor atau dicoretkan ke tanah di sekitar tanaman. Pemupukan susulan dilakukan dengan pemberian larutan pupuk NPK setiap minggu sejak tanaman berumur 7 hari setelah tanam.

Pemupukan selanjutnya dilakukan dua minggu sekali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com