JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA) mencatatkan potensi penyerapan karbon di area reklamasi sebanyak 80.735 ton CO2eq. Ini dilalukan melalui rehabilitasi mangrove di pelabuhan sebanyak 4.365 ton CO2eq, serta rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) 105.925 ton CO2eq.
Kegiatan ini menjadi pembangunan untuk masyarakat dalam mencapai kondisi sosial, ekonomi maupun budaya yang lebih baik.
Sejak 2013, TIA telah melakukan beberapa langkah dalam mengurangi emisi karbon, antara lain melakukan rehabilitasi DAS yang mencakup lahan 2.068 ha. Capaian ini melebihi kewajiban regulasi perusahaan yang jumlahnya hanya 1.745 ha.
Baca juga: Mitra Pinasthika Mustika Tanam 20.000 Bibit Mangrove di NTT
Dari total tersebut, 1.736 ha di antaranya berada di Hutan Sultan Adam, Kalimantan Selatan.
Aksi nyata ini membuat perusahaan di bawah naungan ABM Investama (ABM) berhasil menyabet penghargaan 1st runner up dari ASEAN Coal Awards dengan kategori Best Practices in Coal Surface Mining.
“Penghargaan yang diraih saat ini tak lepas dari komitmen kami dalam menerapkan good mining practice. Kami menyadari bahwa penting bagi perusahaan tambang dalam menjaga lingkungan, keselamatan pekerja, serta mengelola sisa tambang agar berdampak baik terhadap lingkungan,” ujar Direktur PT Tunas Inti Abadi (TIA) Dadik Kiswanto dalam siaran pers, Senin (28/8/2023).
ASEAN Coal Awards merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap dua tahun sekali oleh ASEAN Centre for Energy (ACE).
Baca juga: Petani Diedukasi Ubah Limbah Jerami Jadi Kompos
Kegiatan ini merupakan wujud komitmen regional ASEAN dalam mempromosikan pemanfaatan teknologi batu bara dengan tetap memperhatikan lingkungan.
Salah satu standar penilaian ASEAN Coal Awards yakni dampak perusahaan terhadap lingkungan dan SDM. Dalam penilaiannya, TIA berhasil mendapatkan score tinggi untuk community development melalui program rehabilitasi.
Program rehabilitasi ini telah memberikan manfaat langsung kepada 1.200 orang anggota komunitas lokal Kelompok Tani Hutan Alimpung yang mendapat penghasilan dari menyadap karet sejak pandemi Covid-19 merebak.
Sementara dari sisi produktivitas, volume produksi batu bara yang dihasilkan TIA terus meningkat. Pada 2016 perusahaan memproduksi 5,82 juta ton batu bara dari yang sebelumnya hanya 112.000 ton pada 2009.
Baca juga: 6 Alat Pasca-panen Padi untuk Meringankan Pekerjaan Petani
Tak hanya itu, TIA turut berkontribusi terhadap ketahanan energi negara-negara ASEAN melalui pasokan batu bara, di antaranya ekspor ke Vietnam, Filipina, dan Thailand. Jumlah ini di luar pemenuhan kewajiban memasok batu bara ke dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.