JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo menyatakan, kebutuhan pupuk di Indonesia saat ini mencapai 13 juta ton. Akan tetapi, masih terdapat defisit pupuk sekitar 3,2 juta ton.
Kebutuhan pupuk yang terpenuhi didapatkan dari produksi pabrik di dalan negeri sebanyak 3,5 juta ton dan sisanya impor sebanyak 6,3 juta ton.
Memandang kondisi kebutuhan pupuk di Indonesia yang masih tinggi, perusahaan teknologi di bidang pertanian atau agritech Gokomodo pun turut menyalurkan pupuk.
Baca juga: Cara Membuat Pupuk dari Daun Kelor yang Menyuburkan Tanaman
Sampai dengan penghujung tahun 2022, Gokomodo, perusahaan agritech yang dibangun pada tahun 2019, tercatat sudah menyalurkan lebih dari 250.000 ton bahan agri-input yang sebagian besar merupakan pupuk kepada petani maupun perusahaan agribisnis.
Penyaluran tersebut dilakukan melalui jaringan distribusi fisik serta layanan digital terpadu, yang dibangun dengan menggandeng Toko Tani serta Koperasi Unit Desa (KUD) di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera serta Sulawesi.
Dengan demikian, bahan agri-input sejumlah 250.000 ton yang terkirim melalui Gokomodo sudah dapat memberikan kontribusi sekitar 2 persen dari seluruh persediaan pupuk di Indonesia.
“Dari awal, Gokomodo memang dibangun dengan tujuan untuk memberdayakan petani dan korporat di bidang agribisnis untuk dapat mengakses produk agri-input dengan lebih cepat, pilihan yang lebih bervariasi, dan harga yang bersaing, ” tutur Samuel Tirtasaputra, Co-founder dan CEO Gokomodo dalam siaran pers, Minggu (2/4/2023).
Baca juga: Cara Mengolah Sabut Kelapa untuk Menggantikan Pupuk KCl
Gokomodo menghadirkan pilihan produk pupuk impor maupun domestik yang berkualitas, dan juga terlacak pengirimannya dengan memanfaatkan teknologi digital, sehingga mutu dan kualitas lebih terjamin.
Gokomodo pun sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan mitra lain, termasuk pelaku agritech lainnya yang memiliki tujuan serta nilai yang sama, yaitu untuk memajukan memberdayakan petani serta ekonomi daerah.