Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Kebangkitan Petani dan Semangat Nasionalisme Baru

Kompas.com - 21 Mei 2025, 16:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pernyataan tersebut menggema kuat di hati para petani dan pemangku kepentingan pertanian.

Kebijakan pemerintah yang pro-petani turut berperan besar dalam capaian ini. Langkah berani menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen menjadi Rp 6.500 per kilogram memberikan angin segar bagi petani.

Dengan jaminan harga gabah yang layak, petani kembali bergairah menanam padi.

“Petani adalah produsen pangan. Hidup mereka harus baik, kesejahteraan mereka harus meningkat,” ujar Presiden Prabowo menegaskan komitmen pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani.

Kebijakan ini diwujudkan melalui Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2025 yang memastikan Bulog dan penggilingan padi menyerap gabah petani tanpa mempersoalkan kualitas (skema any quality) dengan harga sesuai HPP.

Baca juga: Kopi Artisanal dan Evolusi Selera Konsumen Modern

Dampaknya terasa, pada panen raya Maret-April 2025, Bulog sigap menyerap gabah/beras dalam negeri sehingga stok beras pemerintah melejit tinggi.

Selain kebijakan harga, ketersediaan pupuk subsidi yang memadai juga menjadi faktor krusial. Pemerintah berupaya memastikan distribusi pupuk bersubsidi lebih tepat sasaran dan tepat waktu.

Upaya memangkas rantai birokrasi penyaluran pupuk, yang dulu sering dikeluhkan petani, kini mulai membuahkan hasil. Kini petani di pelosok desa lebih mudah mendapatkan pupuk ketika musim tanam dimulai.

Alhasil, kelangkaan pupuk yang sempat menghantui musim tanam tahun lalu dapat dihindari.

Upaya peningkatan produksi juga ditopang perbaikan infrastruktur pertanian. Pembangunan embung-embung desa dan rehabilitasi jaringan irigasi di sentra pangan meningkatkan ketahanan petani dalam menghadapi kemarau.

Di Nusa Tenggara Timur, misalnya, sejumlah embung baru kini menyediakan air bagi lahan tadah hujan, memungkinkan petani panen lebih dari sekali setahun.

Demikian pula di Jawa Tengah dan Jawa Timur, percepatan pembangunan saluran irigasi serta rampungnya bendungan-bendungan baru telah mengairi ribuan hektare sawah yang dulunya rawan kekeringan. Petani kini tak lagi sepenuhnya bergantung pada curah hujan yang kian sulit diprediksi.

Kecukupan pangan dalam negeri yang kian membaik bahkan membuka peluang ke pasar dunia.

Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, Indonesia mulai merencanakan ekspor beras karena surplus produksi. Pemerintah telah mengkaji rencana mengekspor sekitar 2.000 ton beras per bulan ke Malaysia.

Meskipun realisasinya masih tahap pembahasan, sinyal ini menegaskan kepercayaan diri baru, di mana Indonesia tak lagi semata fokus memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi siap menjadi pemasok pangan di tingkat regional.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau