Pernyataan tersebut menggema kuat di hati para petani dan pemangku kepentingan pertanian.
Kebijakan pemerintah yang pro-petani turut berperan besar dalam capaian ini. Langkah berani menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen menjadi Rp 6.500 per kilogram memberikan angin segar bagi petani.
Dengan jaminan harga gabah yang layak, petani kembali bergairah menanam padi.
“Petani adalah produsen pangan. Hidup mereka harus baik, kesejahteraan mereka harus meningkat,” ujar Presiden Prabowo menegaskan komitmen pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani.
Kebijakan ini diwujudkan melalui Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2025 yang memastikan Bulog dan penggilingan padi menyerap gabah petani tanpa mempersoalkan kualitas (skema any quality) dengan harga sesuai HPP.
Baca juga: Kopi Artisanal dan Evolusi Selera Konsumen Modern
Dampaknya terasa, pada panen raya Maret-April 2025, Bulog sigap menyerap gabah/beras dalam negeri sehingga stok beras pemerintah melejit tinggi.
Selain kebijakan harga, ketersediaan pupuk subsidi yang memadai juga menjadi faktor krusial. Pemerintah berupaya memastikan distribusi pupuk bersubsidi lebih tepat sasaran dan tepat waktu.
Upaya memangkas rantai birokrasi penyaluran pupuk, yang dulu sering dikeluhkan petani, kini mulai membuahkan hasil. Kini petani di pelosok desa lebih mudah mendapatkan pupuk ketika musim tanam dimulai.
Alhasil, kelangkaan pupuk yang sempat menghantui musim tanam tahun lalu dapat dihindari.
Upaya peningkatan produksi juga ditopang perbaikan infrastruktur pertanian. Pembangunan embung-embung desa dan rehabilitasi jaringan irigasi di sentra pangan meningkatkan ketahanan petani dalam menghadapi kemarau.
Di Nusa Tenggara Timur, misalnya, sejumlah embung baru kini menyediakan air bagi lahan tadah hujan, memungkinkan petani panen lebih dari sekali setahun.
Demikian pula di Jawa Tengah dan Jawa Timur, percepatan pembangunan saluran irigasi serta rampungnya bendungan-bendungan baru telah mengairi ribuan hektare sawah yang dulunya rawan kekeringan. Petani kini tak lagi sepenuhnya bergantung pada curah hujan yang kian sulit diprediksi.
Kecukupan pangan dalam negeri yang kian membaik bahkan membuka peluang ke pasar dunia.
Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, Indonesia mulai merencanakan ekspor beras karena surplus produksi. Pemerintah telah mengkaji rencana mengekspor sekitar 2.000 ton beras per bulan ke Malaysia.
Meskipun realisasinya masih tahap pembahasan, sinyal ini menegaskan kepercayaan diri baru, di mana Indonesia tak lagi semata fokus memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi siap menjadi pemasok pangan di tingkat regional.