
Menariknya, kepopuleran kopi Toraja di Jepang sempat menimbulkan konsekuensi tak terduga, yaitu nama “Kopi Toraja” didaftarkan sebagai merek dagang di Jepang oleh pihak perusahaan asing sejak 1976, jauh sebelum Indonesia memiliki perlindungan Indikasi Geografis (IG) untuk produk ini.
Hal ini akhirnya memicu sengketa, karena Indonesia sendiri baru mendaftarkan Indikasi Geografis Kopi Arabika Toraja pada 2013 untuk melindungi kekhasan produk daerah ini.
Beruntung, pemerintah Jepang belakangan mengakui keberatan Indonesia. Pada 2023, hak merek dagang “Toraja Coffee” di Jepang dilepaskan dan dikembalikan, nama Toraja tidak lagi diklaim eksklusif oleh perusahaan Jepang.
Langkah diplomasi kopi ini memastikan bahwa kopi Toraja diakui sebagai milik bersama masyarakat Toraja dan Indonesia, bukan milik satu perusahaan semata.
Patut diketahui pula, Jepang merupakan salah satu pasar terbesar kopi Indonesia di dunia. Pada 2020, nilai ekspor kopi Indonesia ke Jepang mencapai sekitar 290 juta dollar AS (sekitar Rp 4,6 triliun).
Meski sempat turun akibat regulasi dan pandemi, volume impor kopi Jepang dari Indonesia masih berkisar 15.000–19.000 ton per tahun belakangan ini.
Jepang konsisten berada di jajaran lima besar importir kopi Indonesia (bersaing dengan negara-negara Eropa Barat dan Amerika). Hal ini menunjukkan betapa vitalnya pasar Jepang bagi ribuan petani dan eksportir kopi Nusantara.
Hubungan dagang ini tidak boleh dianggap remeh. Oleh sebab itu, menjaga kepercayaan konsumen Jepang terhadap kopi Toraja adalah pekerjaan rumah bersama, mulai dari tingkat petani hingga pemerintah.
Kabar baiknya, berbagai elemen terus bersinergi menjaga pamor kopi Toraja tetap bersinar. Kolaborasi pemerintah kedua negara, asosiasi eksportir (AEKI), hingga komunitas petani di lapangan terus diperkuat.
Selain itu, peningkatan kesejahteraan petani Toraja juga krusial agar keberlanjutan suplai terjamin.
Sebagai kopi specialty berharga tinggi, idealnya manfaat ekonomi turut dirasakan oleh komunitas di daerah asal.
Program kemitraan yang adil dengan petani dan koperasi lokal perlu terus didorong, sehingga generasi muda Toraja tertarik melanjutkan usaha tani kopi alih-alih beralih profesi.
Regenerasi petani ini sejalan dengan visi membangun komunitas kopi Indonesia yang berdaya saing dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang