Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula

Kompas.com - 31/10/2025, 17:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ratoon, apalagi generasi keempat atau lebih, cenderung menghasilkan batang yang lebih kecil, jumlah anakan lebih sedikit, dan kualitas nira menurun.

Dalam konteks swasembada, mempertahankan pola tanam seperti ini sama artinya dengan memperpanjang ketergantungan pada impor.

Bongkar ratoon berarti membongkar tanaman ratoon tua dan menggantinya dengan bibit baru. Pemerintah pusat menargetkan peremajaan 80.000 hektare lahan tebu di Pulau Jawa pada 2025, dengan 74.000 hektare di antaranya berada di Jawa Timur.

Baca juga: Kopi Toraja, Primadona di Negeri Sakura

Program ini bukan wacana kosong, karena anggaran lebih dari Rp 1 triliun telah disiapkan, lengkap dengan bibit unggul gratis, biaya tanam, hingga pendampingan.

Petani dengan lahan maksimal 5 hektare akan menerima 60.000 mata tunas per hektare. Varietas yang disalurkan pun tak main-main, Varitas unggul seperti Bululawang dan PS 862, yang tahan kekeringan dan bisa mencapai rendemen 9 persen.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan, "Percepatan bongkar ratoon adalah bagian dari strategi besar mencapai swasembada gula. Kami dorong petani menanam ulang dengan bibit unggul agar produktivitas melonjak dan ketergantungan impor berkurang."

Mengapa bongkar ratoon penting? Karena praktik ratoon berkepanjangan terbukti menjadi akar stagnasi produksi nasional.

Sekitar 80 persen lahan tebu di Indonesia merupakan lahan keprasan. Tanpa replanting, produktivitas makin tergerus.

Pemerintah tidak tinggal diam. Dalam Perpres No. 40 Tahun 2023, perbaikan praktik agrikultur tebu berupa pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, masuk dalam strategi nasional percepatan swasembada gula.

Dukungan tidak hanya dari pusat, tapi juga dari Pemprov Jatim dan BUMN seperti PT Perkebunan Nusantara melalui PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), yang mengelola banyak pabrik gula di wilayah ini.

Efek domino dari bongkar ratoon sangat besar. Pertama, dari sisi efisiensi lahan, dimana panen meningkat tanpa perlu perluasan area.

Kedua, pendapatan petani naik signifikan. Studi di Kediri menunjukkan bahwa usaha tani tebu dengan sistem bongkar ratoon memiliki IRR 88n B/C ratio 3,5, sangat menguntungkan.

Ketiga, daya saing gula lokal meningkat. Dengan rendemen tinggi dan kualitas lebih baik, produksi gula lokal bisa bersaing dengan impor. Ini penting karena banyak petani merasa terjepit harga akibat gula rafinasi impor yang membanjiri pasar.

Jawa Timur telah memulai. Beberapa kabupaten sentra pertanaman tebu telah menargetkan bongkar ratoon cukup luas tahun ini, termasuk Kediri, Lamongan, Malang dan Madiun pun ikut bergerak.

Pemerintah daerah juga mendorong skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) klaster tebu dengan bunga 6 persen. Inovasi pembiayaan ini penting agar petani tak lagi takut dengan biaya awal tanam ulang.

Baca juga: Menjaga Andaliman, Rempah Wangi yang Tak Tergantikan

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Varietas Tanaman
Menggali Kembali Kejayaan Pala Nusantara
Menggali Kembali Kejayaan Pala Nusantara
Varietas Tanaman
Mendorong Nilai Tambah di Negeri Seribu Kelapa
Mendorong Nilai Tambah di Negeri Seribu Kelapa
Varietas Tanaman
Anomali Pasokan Kakao: Analisa dan Solusi untuk Industri
Anomali Pasokan Kakao: Analisa dan Solusi untuk Industri
Varietas Tanaman
Kopi Toraja, Primadona di Negeri Sakura
Kopi Toraja, Primadona di Negeri Sakura
Varietas Tanaman
Mengangkat Nilai Rempah Nusantara
Mengangkat Nilai Rempah Nusantara
Varietas Tanaman
Menguatkan Harum Cengkeh dan Ekonomi Daerah
Menguatkan Harum Cengkeh dan Ekonomi Daerah
Varietas Tanaman
Menjaga Andaliman, Rempah Wangi yang Tak Tergantikan
Menjaga Andaliman, Rempah Wangi yang Tak Tergantikan
Varietas Tanaman
Dari Berburu ke Petani Gaharu
Dari Berburu ke Petani Gaharu
Varietas Tanaman
Barus: Rempah Nusantara yang Terlupakan
Barus: Rempah Nusantara yang Terlupakan
Varietas Tanaman
Kisah Narji Jadi Petani, Ini Komoditas yang Ditanam dan Pemasarannya
Kisah Narji Jadi Petani, Ini Komoditas yang Ditanam dan Pemasarannya
Tips
Kedaulatan Pangan di Tanah Rapuh: Janji Agraria yang Belum Tercapai
Kedaulatan Pangan di Tanah Rapuh: Janji Agraria yang Belum Tercapai
Tips
Hari Tani Nasional: Petani Masih Jadi Tamu di Tanahnya Sendiri
Hari Tani Nasional: Petani Masih Jadi Tamu di Tanahnya Sendiri
Tips
Dilema Industri Kakao Indonesia: Kualitas dan Importasi
Dilema Industri Kakao Indonesia: Kualitas dan Importasi
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau