
MENJELANG senja di desa-desa pesisir Sulawesi, hingga pedalaman Desa Guyung, Kabupaten Ngawi, Jawa Tengah.
Asap tipis dari tungku pembakaran tempurung kelapa menjadi saksi lahirnya “emas hitam” bernilai tinggi.
Di tangan para perajin lokal, limbah tempurung kelapa bertransformasi menjadi briket arang yang kini diminati pasar dunia.
Negeri “nyiur melambai” ini sejak lama menjadi produsen kelapa terbesar di dunia. Namun baru dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat menyadari betapa besar potensi tempurung kelapa yang dahulu dianggap tak bernilai.
Diolah dengan teknik yang kian modern, tempurung itu menjelma produk ramah lingkungan dengan nilai tambah tinggi, sekaligus menjadi incaran pembeli mancanegara berkat kualitasnya yang stabil dan unggul.
Pertumbuhan industri briket arang kelapa memperlihatkan bagaimana inovasi lokal mampu memperkuat fondasi ekonomi nasional dan desa secara bersamaan.
Pada skala makro, industri ini menyumbang diversifikasi ekspor dan meningkatkan daya saing Indonesia sebagai produsen produk turunan kelapa bernilai tinggi.
Di tingkat mikro, ia menghadirkan peluang usaha baru, menyerap tenaga kerja, dan mendorong kemajuan teknologi berbasis kearifan lokal.
Baca juga: Kiamat Pencitraan: Warganet Kini Vs Pemimpin Tipu-tipu
Dengan dukungan kebijakan hilirisasi dari pemerintah, kesiapan pelaku industri, serta meningkatnya permintaan global terhadap produk ramah lingkungan, prospek “emas hitam” ini kian cerah.
Permintaan global terhadap briket arang kelapa terus melonjak seiring meningkatnya kesadaran dunia akan pentingnya produk ramah lingkungan.
Dibuat dari limbah tempurung kelapa yang melimpah, briket ini tidak hanya menghasilkan panas tinggi dan stabil, tetapi juga menimbulkan asap yang jauh lebih sedikit dibanding arang kayu maupun batu bara.
Karakteristik tersebut menjadikannya pilihan ideal di pasar Eropa yang sangat peduli lingkungan.
Sementara di Timur Tengah briket kelapa menjadi bahan bakar utama untuk shisha yang membutuhkan arang berkualitas tinggi.
Selain itu, industri memanfaatkan karbon aktif dari arang kelapa untuk berbagai kebutuhan penting, mulai dari penyaringan air dan penambangan emas hingga kosmetik.
Pergeseran preferensi konsumen global menuju bahan bakar bersih dan alami semakin memperkuat permintaan terhadap komoditas berkelanjutan ini.