JAKARTA, KOMPAS.com - Ada banyak cara menyuburkan tanah dan tanaman, sehingga kegiatan berkebun atau budidaya dapat menuai panen yang optimal. Salah satunya adalah dengan menggunakan kapur dolomit.
Dilansir laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Sabtu (20/8/2022), kapur dolomit adalah mineral yang mengandung unsur hara kalsium oksida (CaO) dan juga magnesium oksida (MgO) dengan kadar yang cukup tinggi, sehingga dapat menetralkan pH tanah.
Bila tanah kekurangan hara kalsium dan magnesium, maka otomatis tanaman menjadi kurang maksimal dalam berproduksi. Pemberian kapur dolomit untuk tanaman sangat membantu produktivitas tanaman tersebut.
Baca juga: Antiribet, Ini 9 Tanaman Hias yang Bisa Ditanam Tanpa Tanah
Sebelum memberikan kapur dolomit, lakukan terlebih dahulu pengukuran keasaman tanah. Pengukuran bisa dilakukan dengan kertas lakmus, soil tester, atau pH tester, namun pH tester adalah alat yang sering digunakan karena termasuk alat sederhana dan cukup murah harganya.
Kenaikan derajat keasaman yang dipaksakan secara mendadak dari sangat asam atau asam kuat menjadi netral membuat tanaman tersiksa.
Untuk mengatasinya sebaiknya pemberian dolomit secara bertahap, dengan selang waktu tiga minggu dan setelah hujan.
Setiap tanaman memiliki kesenangan atau kesesuaian derajat keasaman yang berbeda-beda. Dengan demikian, pemberian kapur dolomit dapat diatur dengan menyesuaikan jenis tanaman yang akan ditanam.
Baca juga: Seberapa Sering Harus Mengganti Tanah Pot Tanaman?
Perlu diketahui bahwa pemupukan dan pengapuran dilakukan secara terpisah. Bila bersamaan, maka akan terjadi reaksi antara kapur dan pupuk.
Pupuk seperti NPK, ZA, TSP yang bersifat asam karena mengandung belerang akan dinetralkan oleh kapur yang bersifat basa dampaknya pH tanah tidak naik dan nutrisi tidak tersedia lagi.