Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Busuk Basah Buah Cabai, Penyebab dan Cara Mengendalikannya

Kompas.com - 16/11/2022, 19:25 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Busuk basah adalah salah satu penyakit yang menyerang tanaman cabai. Busuk basah bisa menyerang buah cabai yang masih muda (cabai hijau) maupun buah cabai yang sudah tua dan hampir matang.

Ketika ditemukan busuk basah pada buah cabai yang sudah matang, itu berarti buah cabai sudah lama terbukti sebagai buah cabai masih hijau. Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan dilakukan sedini mungkin.

Jika sudah telanjur meluas dan parah, penyakit busuk basah akan sulit dikendalikan. Pada beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan gagal panen total.

Baca juga: Berapa Jarak Tanam Cabai Merah yang Ideal? Ini Penjelasannya

Ilustrasi tanaman cabai keriting merahPixabay/???????__art Ilustrasi tanaman cabai keriting merah

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Rabu (16/11/2022), berdasarkan penyebabnya, penyakit busuk basah dibedakan menjadi dua jenis, yakni karena bakteri dan busuk basah akibat serangan lalat buah.

Berikut ini penyebab penyakit busuk basah buah cabai, gejala serangan atau ciri-ciri serangannya, serta cara mengendalikannya.

1. Busuk basah buah cabai akibat bakteri

Busuk bakteri adalah busuk basah yang disebabkan oleh serangan bakteri Erwinia carotovora. Busuk bakteri bisa terjadi pada buah cabai muda (cabai hijau) dan buah cabai yang sudah matang (merah).

Serangan awal bakteri Erwinia carotovora biasanya dimulai dari tangkai dan kelopak buah. Akan tetapi, infeksi dapat terjadi pada bagian mana saja dari buah yang terluka.

Baca juga: Tips Menyiapkan Bibit Cabai Besar yang Benar

Bakteri ini menyerang bagian dalam buah dan merusak jaringan buah hingga menjadi keras dan berair keruh. Buah busuk dimulai dari bagian ujung buah dan panjang sampai batas bagian atas daging buah membusuk.

Buah yang akan disimpan tetap seperti kantung yang berisi udara. Lama-lama cairan keruh dalam buah ini akan menetes perlahan-lahan sampai habis.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Varietas Tanaman
Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Varietas Tanaman
Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Varietas Tanaman
Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Varietas Tanaman
Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau