Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab dan Cara Menangani Penyakit Patek Tanaman Cabai

Kompas.com - 25 Agustus 2022, 19:18 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam budidaya cabai, Anda harus mewaspadai serangan penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman cabai adalah penyakit patek atau antraknosa.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Kamis (25/8/2022), penyakit patek adalah penyakit tanaman yang disebabkan cendawan (jamur) patogen. Gejala penyakit antraknosa adalah munculnya lesi atau spot pembusukan pada bagian kulit luar buah.

Jika dibiarkan, lama-kelamaan seluruh bagian buah akan busuk. Penyebaran jamur atau patogen ini sangat cepat dapat karena cairan (eksudat), maupun faktor lain seperti angin yang membawa spora antraknosa, maupun teknis seperti pergesekan antara tanaman atau manusia.

Baca juga: Hama Patek dan Fusarium Jadi Biang Keladi Naiknya Harga Cabai di Sleman

Ilustrasi penyakit patek pada tanaman cabai atau antraknose. SHUTTERSTOCK/CHA_K Ilustrasi penyakit patek pada tanaman cabai atau antraknose.

Selain itu, penularan penyakit antraknosa juga disebabkan oleh hembusan angin, percikan air hujan termasuk penyemprotan pestisida, alat pertanian.

Penyakit antraknosa dapat menginfeksi benih, bibit, buah cabai muda sampai buah cabai hampir matang. Bahkan dalam penyimpanan pasca panen antraknosa masih dapat menyerang.

Penyakit antraknosa tentu sangat merugikan bagi para petani karena mampu membuat gagal panen buah akibat kualitas buah yang menjadi buruk oleh lesi antraknosa. Penyakit patek juga bisa membusukkan area daun tanaman atau batang.

Sebagai langkah awal atau preventif dalam pengendalian penyakit patek, ketahui dulu penyebab penyakit patek tanaman cabai dan cara mengatasinya.

Baca juga: Simak, Cara Menangani Penyakit Patek pada Tanaman Cabai

Penyebab penyakit patek cabai

Penyakit patek disebabkan oleh dua jenis jamur patogen, yaitu jamur Colletotricum capsici dan Gleosporium sp.

Ilustrasi tanaman cabai. SHUTTERSTOCK/PAPA ANNUR Ilustrasi tanaman cabai.

Kedua jenis jamur penyebab penyakit tersebut dapat terserang. Jamur tidak hanya terdapat pada buah, tetapi juga terdapat pada batang, daun, ranting atau tanaman muda yang tidak bergejala alias tampak sehat.

Jamur berkembang karena dipicu oleh keadaan sebagai berikut.

  • Hujan intensitas tinggi
  • Tanaman tergenang terlalu lama
  • Jarak tanam terlalu rapat (populasi terlalu padat)
  • Kelembapan relatif tinggi, yakni kurang lebih 95 persen
  • Benih yang tidak sehat atu terinfeksi oleh patogen Colletotricum capsici
  • Lingkungan pertanaman yang kurang bersih dan banyak genanagan air dan gulma
  • Pupuk nitrogen yang terlalu tinggi alias tidak berimbang
  • Tanah yang kekurangan unsur kalsium.

Baca juga: Tidak Sulit, Begini Cara Mengatasi Penyakit Patek Cabai

Gejala penyakit patek cabai

Berikut beberapa gejala penyakit patek tanaman cabai yang dapat diperhatikan.

  • Bercak coklat kehitaman pada buah muda kemudian meluas menjadi busuk lunak di bagian tengah terdapat titik-titik hitam
  • Pada serangan berat menyebabkan buah cabai mengerut dan mengering
  • Pada gejala lain di tandai dengan terbentuknya bintik kecil kehitaman berlekuk serta tepi bintik berwarna
  • Bagian lekuk akan terus membesar dan memanjang serta bagian tengahnya berwarna gelap.

Cara mengendalikan penyakit patek cabai

Untuk mengendalikan risiko penyakit patek tanaman cabai, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.

Ilustrasi tanaman cabai rawit. SHUTTERSTOCK/PRISPIM Ilustrasi tanaman cabai rawit.

Pertama, pengapuran pada lahan sebelum ditanami untuk memperoleh pH ideal yaitu 6 sampai 7. Selain itu, Anda harus menggunakan pupuk kandang yang sudah matang dan difermentasikan.

Baca juga: 7 Cara Menanam Cabe agar Buahnya Lebih Pedas

Ketiga, menggunakan mulsa plastik pada musim hujan agar tidak terlalu lembap. Selanjutnya,
atur jarak tanam agar pertanaman tidak terlalu lembap.

Lahan yang digunakan bukan bekas tanaman inang atau tanaman yang satu famili seperti tomat, terung atau bekas tanaman cabe. Di samping itu, lakukan perempelan tunas agar tidak terlalu rimbun.

Lakukan penyemprotan fungisida sejak terbentuknya buah pertama atau sejak tanaman berumur satu minggu setelah tanam.

Gunakan fungisida berbahan aktif tembaga, mankozeb, dan propineb secara bergantian, gunakan perekat agar efektif dalam penggunaan fungisida.

Baca juga: Cara Menanam Cabe di Pot, Mudah dan Praktis

Lakukan pula pemupukan secara berimbang, kurangi penggunaan pupuk unsur N (Nitrogen), agar tanaman tidak mudah rebah dan rentan infeksi penyakit. Semprotkan pupuk kalsium cair agar tanaman menjadi kuat dan tidak mudah terinfeksi.

Buah cabai yang terserang di petik dan di musnahkan agar tidak mudah menular, Bersihkan tangan dan alat yang terkontak langsung dengn cabai yang terinfeksi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau