JAKARTA, KOMPAS.com - Jagung adalah salah satu makanan pokok di Indonesia. Permintaan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan industri, baik di Indonesia maupun mancanegara.
Namun, dilansir laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Jumat (21/10/2022), produksi jagung tak sejalan dengan tingginya permintaan. Salah satu penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan jagung adalah produktivitas yang rendah.
Salah satu metode yang dapat kita gunakan untuk mengoptimalkan produktivitas jagung adalah melalui peningkatan populasi tanaman dan memanfaatkan efek tanaman pinggir, di mana penanaman dilakukan dengan merapatkan jarak tanaman dalam baris.
Baca juga: 5 Tips Menanam Jagung Saat Musim Hujan agar Bebas Penyakit
Metode ini biasa dikenal dengan sebutan jajar legowo 2 : 1 atau disebut juga dengan metode budidaya jagung jejer manten, karena dua tanaman akan berjejer layaknya seperti pengantin.
Penerapan metode jajar legowo pada jagung diarahkan pada peningkatan jumlah pertanaman jagung (populasi optimal) serta memudahkan perawatan tanaman jagung.
Pemanfaatan sistem jajar legowo ini juga dikaitkan dengan upaya peningkatan produksi melalui peningkatan jumlah tanaman (indeks pertanaman) jagung, dengan peningkatan IP maka hasil panen dapat meningkat dan pengelolaan lahan menjadi maksimal.
Anjuran populasi tanaman jagung dari Balitbangtan adalah berkisar antara 66.000 sampai 71.000 tanaman per hektar.
Baca juga: Ketahui, Ini Ciri-ciri Tanaman Jagung Kekurangan Magnesium
Agar dapat mencapai populasi tersebut jarak tanam biasa yang banyak diterapkan adalah 75 cm x 20 cm untuk 1 tanaman pe lubang atau 70 x 40 untuk 2 tanaman per lubang.
Jika penanaman dilakukan dengan metode jajar legowo maka jarak tanam yang diterapkan adalah sebagai berikut.