Benih yang telah dipilih untuk ditanam, terlebih dahulu disemaikan agar tumbuh tunas kecil dengan cara rimpang dihampar di atas jerami atau alang-alang yang tipis, di gudang penyimpanan atau tempat yang teduh.
Jika dilakukan dalam bangunan, bisa menggunakan alas dari bambu atau kayu dengan dilakukan penyiraman setiap hari sesuai dengan kebutuhan untuk menjaga kelembapan rimpang.
Baca juga: Cara Menanam Jahe di Polybag, Mudah Dilakukan di Rumah
Benih yang siap ditanam memiliki ciri-ciri rimpang yang memiliki tunas sekitar 1 sampai 2 cm. Sebelum penanaman, terlebih dahulu diseleksi tunas rimpang yang baik dan dipotong menurut ukuran.
Lakukan perendaman antibiotik sesuai anjuran setelah dilakukan pemotongan untuk menghindari terjadinya infeksi bakteri kemudian dikering anginkan.
Kebutuhan benih per meter persegi untuk jahe gajah sekitar 20 sampai 30 kg atau 2 sampai 3 ton per hektar dan untuk jahe emprit serta jahe merah 10 sampai 15 kg atau 1 sampai 1,5 ton per hektar.
Tanah yang akan ditanami jahe harus dibersihkan dari kotoran plastik, batuan, akar bekas tanaman tahunan, dan lainnya. Lalu, diolah untuk memperoleh tanah yang gembur, memiliki drainase dan aerasi udara yang baik.
Baca juga: Cara Menanam Jahe agar Hasilnya Berlimpah
Tujuan dari penggemburan tanah adalah agar rimpang jahe dapat tumbuh dengan leluasa. Pada tanah yang berliat jika tidak dilakukan pengolahan dengan baik maka akan menyebabkan rimpang jahe tertekan dan tidak akan tumbuh dengan subur.
Adapun tanah yang berkerikil akan menyebabkan rimpang tergores sehingga hasil tanaman yang baik tidak akan diperoleh. Drainase yang baik juga sangat dibutuhkan tanaman jahe untuk mencegah serangan penyakit seperti layu karena tergenag air.
Aerasi udara yang baik akan memberikan ruang gerak akar untuk menyerap unsur hara dan air serta dapat mengurangi pembentukan senyawa anorganik yang bersifat racun dalam tanah.