Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementan

Kuntoro Boga Andri, SP, M.Agr, Ph.D, merupakan lulusan Institut Pertanian Bogor tahun 1998. Ia adalah alumni S1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Pria kelahiran Banjarmasin tahun 1974 ini diangkat sebagai CPNS pada 1999, dan mulai bekerja sebagai peneliti di BPTP Karangploso, Jawa Timur.

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Kompas.com - 01/02/2025, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain menghasilkan gula, industri gula bit juga memanfaatkan produk sampingan dari proses produksinya.

Baca juga: Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Ampas bit yang kaya nutrisi sering digunakan sebagai pakan ternak, sementara limbah cair dapat diolah kembali menjadi produk sampingan lain atau digunakan kembali dalam proses produksi untuk mengurangi limbah.

Efisiensi penggunaan bahan baku ini mencerminkan kontribusi gula bit terhadap keberlanjutan industri pangan.

Keunggulan lain dari gula bit adalah kemampuannya untuk tumbuh di daerah dengan curah hujan lebih sedikit dibandingkan tebu, serta siklus pertumbuhannya yang lebih singkat, hanya 5-6 bulan, dibandingkan tebu yang memerlukan 12-18 bulan untuk panen.

Selain itu, bit gula juga lebih hemat air dibandingkan tebu, yang membutuhkan irigasi intensif di daerah tropis yang sering mengalami kelangkaan air.

Dengan berbagai keunggulan tersebut, gula bit menjadi alternatif pemanis yang lebih efektif dan berkelanjutan bagi industri pangan global.

Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki peran strategis dalam pengembangan budidaya dan produksi gula bit di Indonesia.

Salah satu inisiatif penting adalah kerja sama antara Kementan dengan PT Gula Bit Nusantara dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dan PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) untuk mengembangkan bit gula tropis.

Jenis ini dipilih karena memiliki siklus panen yang lebih pendek, toleran terhadap cekaman lingkungan, serta potensi produksi yang tinggi, mencapai 130 ton per hektare.

Selain itu, melalui program Kerja Sama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (KKP3N), Badan Litbang Pertanian (Saat ini menjadi BSIP) bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya, guna mengembangkan teknologi budidaya bit gula yang sesuai dengan kondisi agroklimat Indonesia.

Baca juga: Bahan Bakar Nabati Alternatif Selain Sawit

Adaptasi industri dan pasar

Meskipun gula bit memiliki berbagai keunggulan dalam efisiensi sumber daya dan keberlanjutan lingkungan, pengembangannya masih menghadapi beberapa tantangan utama.

Salah satu hambatan terbesar adalah biaya awal yang tinggi, terutama dalam pembangunan infrastruktur pengolahan yang belum sepopuler industri tebu.

Investasi yang diperlukan untuk mendukung produksi gula bit, termasuk fasilitas ekstraksi dan pemurnian, masih tergolong mahal, sehingga membatasi ekspansi ke negara-negara yang belum memiliki industri gula bit yang mapan.

Selain itu, proses mekanisasi dalam budidaya bit juga membutuhkan teknologi khusus, yang menambah beban finansial bagi petani yang ingin beralih dari tanaman lain ke produksi gula bit.

Selain kendala biaya, adaptasi pasar juga menjadi tantangan besar, karena sebagian besar konsumen dan industri makanan masih terbiasa menggunakan gula berbasis tebu.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Membawa Gambir ke Pasar Global

Membawa Gambir ke Pasar Global

Varietas Tanaman
Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Varietas Tanaman
Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Varietas Tanaman
Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Varietas Tanaman
Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau