KETIKA berbicara tentang tanaman pemanis, tebu mungkin menjadi komoditas pertama yang terlintas di benak banyak orang, karena selama berabad-abad telah menjadi sumber utama produksi gula dunia.
Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan aspek kesehatan dan dampak lingkungan, banyak pihak mulai mencari alternatif pemanis yang lebih berkelanjutan.
Gula bit, stevia, dan tanaman palma (seperti kelapa, aren, nipah, dan lontar) semakin dilirik karena lebih efisien dalam penggunaan sumber daya.
Hingga saat ini, tebu masih mendominasi industri gula global, dengan 80 persen produksi gula dunia berasal dari tebu (International Sugar Organization, 2023), di mana Brasil, India, dan Thailand menjadi tiga produsen terbesar.
Baca juga: Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula
Namun, budidaya tebu membutuhkan lahan luas, air dalam jumlah besar, serta menghasilkan emisi karbon tinggi sehingga menimbulkan tantangan keberlanjutan.
Dalam konteks ini, gula bit muncul sebagai kandidat kuat dalam transisi menuju industri pemanis yang lebih ramah lingkungan, karena memiliki jejak karbon lebih rendah dan lebih efisien dalam penggunaan lahan serta air.
Dengan keunggulan ini, gula bit menjadi alternatif yang semakin relevan dalam memenuhi tuntutan global terhadap produksi pangan yang lebih berkelanjutan.
Gula bit (Beta vulgaris) telah menjadi salah satu sumber utama produksi gula selain tebu, terutama di negara-negara beriklim sedang.
Tanaman ini menjadi pilihan utama di wilayah tersebut karena memiliki kombinasi manfaat dalam aspek agroekoklimat, lingkungan, kesehatan, dan ekonomi.
Bit gula tumbuh subur di tanah yang kaya nutrisi dan memiliki siklus panen yang lebih singkat dibandingkan tebu, sehingga lebih efisien dalam pemanfaatan lahan.
Proses produksinya dimulai dari penanaman biji hingga panen, lalu bit yang telah dipanen dikirim ke pabrik pengolahan.
Di pabrik, bit dicuci bersih sebelum melalui tahap ekstraksi, di mana irisan bit direndam dalam air panas untuk melarutkan gula yang terkandung di dalamnya. Jus bit mentah yang dihasilkan kemudian menjadi bahan utama dalam produksi gula.
Setelah tahap ekstraksi, jus bit mentah dimurnikan melalui proses pemanasan dan penambahan bahan kimia tertentu untuk mengendapkan kotoran.
Larutan gula yang telah bersih dipanaskan kembali hingga menjadi sirup kental, yang kemudian didinginkan perlahan untuk membentuk kristal gula.
Kristal ini kemudian dipisahkan dari cairan sisa menggunakan teknik sentrifugasi. Untuk menghasilkan gula putih berkualitas tinggi, kristal gula dapat menjalani proses pemurnian tambahan, seperti pencucian dan pemutihan.