Pemerintah perlu memfasilitasi partisipasi produsen abaca dalam pameran dagang internasional dan forum bisnis global.
Baca juga: Minyak Nilam Indonesia yang Mengharumkan Dunia
Kolaborasi dengan perusahaan multinasional, seperti perusahaan Jepang dan Jerman yang memiliki teknologi pemrosesan serat canggih, dapat mempercepat pengembangan produk berbasis abaca.
Selain itu, pengembangan industri ini harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan lingkungan.
Sistem rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan pengelolaan lahan yang ramah lingkungan menjadi langkah penting dalam menjaga kelestarian abaca di masa depan.
Edukasi dan pemberdayaan masyarakat lokal dalam seluruh rantai produksi juga perlu dilakukan untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi.
Riset dan eksplorasi genetik di Kepulauan Talaud pada 1999 mengungkap potensi besar tanaman abaca dengan ditemukannya 15 aksesi yang memiliki karakteristik unik, mulai dari variasi warna batang hingga kekuatan serat yang berbeda-beda.
Beberapa aksesi bahkan mampu tumbuh hingga mencapai tinggi 7 meter dengan diameter batang lebih dari 30 cm.
Penemuan ini menjadi bukti nyata akan kekayaan sumber daya genetik Indonesia yang dapat dioptimalkan dalam industri serat alami global.
Sebagai tindak lanjut dari hasil riset tersebut, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), yang saat ini dibawah koordianasi BSIP Perkebunan, telah merilis tiga varietas unggul abaca, yaitu Hote Abakatas 1, 2, dan 3, dengan produktivitas mencapai 5.010 kg serat per hektare per tahun.
Keberhasilan ini didukung oleh penerapan teknologi kultur jaringan yang memungkinkan perbanyakan bibit secara lebih cepat dan efisien.
Selain itu, di Malang telah berdiri Kebun Benih Induk (KBI) abaca yang menjadi pusat konservasi plasma nutfah dengan koleksi 82 klon abaca.
KBI terus mengembangkan riset untuk mendukung terciptanya varietas unggul baru yang lebih produktif dan tahan penyakit.
Baca juga: Superfood Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan
Meskipun inovasi varietas dan upaya konservasi genetik telah dilakukan, pengembangan abaca di Indonesia masih memerlukan dukungan ekosistem yang lebih komprehensif.
Kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan masyarakat lokal sangat dibutuhkan untuk memperluas dampak positif dari pengembangan komoditas ini.
Tantangan yang dihadapi tidaklah sedikit, di antaranya terbatasnya infrastruktur pengolahan, kurangnya promosi di pasar internasional, serta kesulitan dalam memperluas lahan budidaya.
Oleh karena itu, diperlukan langkah strategis berupa investasi dalam perluasan lahan di wilayah potensial seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara.
Proses pengembangan ini harus dilakukan secara berkelanjutan dengan melibatkan komunitas lokal dalam pengelolaannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.