Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementan

Kuntoro Boga Andri, SP, M.Agr, Ph.D, merupakan lulusan Institut Pertanian Bogor tahun 1998. Ia adalah alumni S1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Pria kelahiran Banjarmasin tahun 1974 ini diangkat sebagai CPNS pada 1999, dan mulai bekerja sebagai peneliti di BPTP Karangploso, Jawa Timur.

Dari Kebun ke Pasar Dunia: Kelapa Indonesia di Tengah Gelombang Harga

Kompas.com - 21/04/2025, 19:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebaliknya, daerah timur seperti Sulawesi Utara dan Maluku Utara, meskipun memiliki potensi produksi besar, terhambat biaya logistik yang tinggi dan keterbatasan infrastruktur. Kondisi ini mengungkap urgensi pembangunan sistem logistik terintegrasi.

Industri pengolahan santan dan VCO di Kepri, misalnya, terpaksa mengurangi kapasitas produksi karena bahan baku lebih mengalir ke eksportir daripada ke pasar domestik.

Baca juga: Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Hal serupa juga terjadi di Jawa Timur dan Sumatera Utara, yang meskipun memiliki akses industri, tetap mengalami tekanan akibat pasokan terbatas dari luar daerah.

Pemerintah pusat telah mengakui bahwa masalah utama bukan pada produksi kelapa, yang tetap stabil di angka 2,8 juta ton pada 2024, melainkan distribusi.

Produksi kelapa Indonesia masih surplus, tetapi tidak tersebar merata dan belum didukung sistem distribusi efisien.

Artinya, yang dibutuhkan bukan larangan ekspor semata, tetapi perbaikan menyeluruh pada sistem logistik, integrasi pasar, dan insentif distribusi antardaerah.

Di tengah tingginya harga pasar, kondisi petani tidak serta-merta membaik secara struktural. Banyak petani masih menjual hasil panen melalui tengkulak atau pengepul desa dengan sistem ijon, di mana mereka sudah menerima pembayaran jauh sebelum panen.

Alhasil, saat harga melonjak pun, keuntungan penuh tidak mereka nikmati. Di sisi lain, industri pengolahan seperti produsen santan, minyak kelapa, VCO, dan briket arang kelapa menghadapi biaya produksi yang melonjak drastis.

Rantai nilai kelapa juga masih timpang. Dari kelapa bulat seharga Rp 8.000 di kebun, nilai tambah bisa melonjak hingga 11 kali lipat bila diolah menjadi VCO.

Namun, sebagian besar petani belum mampu memproduksi VCO karena keterbatasan teknologi, permodalan, dan sertifikasi.

UMKM yang mengolah kelapa menjadi produk bernilai tinggi seperti minyak kelapa murni, nata de coco, gula kelapa, dan cocopeat masih menghadapi kendala akses pasar, dukungan peralatan, dan literasi digital.

Meski demikian, sejumlah inisiatif menunjukkan harapan. Di Sulawesi Utara, beberapa koperasi petani mulai mengolah kopra dan menjual langsung ke pabrik minyak kelapa dengan harga Rp 14.000–16.000 per kg.

Di Lampung dan Bali, UMKM penghasil VCO mulai menembus pasar ekspor dengan bantuan fasilitasi dari pemerintah daerah dan kementerian. Langkah-langkah seperti ini perlu diperluas dan direplikasi di seluruh sentra produksi.

Hilirisasi dan arah kebijakan

Dalam konteks ini, pemerintah perlu membuat kebijakan yang tidak sekadar reaktif, tetapi strategis dan inklusif.

Pertama, mendorong hilirisasi kelapa di tingkat lokal melalui insentif fiskal bagi industri pengolahan yang membangun pabrik di dekat sentra produksi.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dari Kebun ke Pasar Dunia: Kelapa Indonesia di Tengah Gelombang Harga

Dari Kebun ke Pasar Dunia: Kelapa Indonesia di Tengah Gelombang Harga

Varietas Tanaman
Membawa Gambir ke Pasar Global

Membawa Gambir ke Pasar Global

Varietas Tanaman
Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Randu: Serat Emas Putih yang Terlupakan

Varietas Tanaman
Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Serat Alam dari Masa Lalu: Potensi Abaca di Indonesia

Varietas Tanaman
Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Serat Alam dan Potensi Pengembangannya

Varietas Tanaman
Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau