JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembangan budidaya kentang (Solanum tuberosum) memiliki prospek yang cukup menarik guna menunjang program diversifikasi pangan. Sebab, kentang adalah sumber karbohidrat, kalori, mineral, dan protein.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Jumat (17/2/2023), sebagai bahan pangan, kentang dapat diolah menjadi bermacam-macam hasil olahan, seperti kentang goreng, tepung kentang, keripik kentang, perkedel, dan lainnya.
Dalam budidaya kentang, salah satu faktor yang dapat menyebabkan rendahnya produksi adalah adanya serangan penyakit, apalagi jika penyakit itu merupakan penyakit yang membahayakan tanaman kentang.
Baca juga: Cara Menanam Kentang di Polybag, Mudah dan Hemat Tempat
Salah satu penyakit tanaman kentang adalah busuk daun atau hawar daun. Busuk daun tanaman kentang disebabkan oleh cendawan Phytopthora infestans.
Jika serangannya sudah parah, tanaman kentang akan mati. Dengan matinya tanaman kentang tentunya umbi yang ditunggu-tunggu hasilnya akan mengecewakan.
Bila umbi yang sakit ditanam, cendawan akan naik ke tunas muda dan membentuk konidium. Konidium dapat dipencarkan atau disebarkan oleh angin ke tanaman lain melalui tanaman kentang yang sakit atau pun tanaman lain yang merupakan inang penyakit tersebut.
Tananam inang atau tanaman yang dapat membantu penyebaran penyakit busuk daun, salah satunya tanaman tomat.
Baca juga: 6 Penyakit Pada Kentang dan Cara Mengendalikannya
Kelembapan dan suhu sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit. Kondisi suhu dan kelembaban yang cocok untuk berkembangnya penyakit.
Apabila kondisi pertanaman kentang mempunyai suhu udara antara 16 hingga 24 derajat celcius dan kelembapannya tinggi (musim hujan), penyakit akan berkembang hebat.