Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Penyakit Layu Fusarium dan Layu Bakteri pada Tanaman Cabai

Kompas.com, 26 Agustus 2022, 08:16 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman cabai adalah penyakit layu. Penyakit layu datang tiba-tiba dan langsung membuat sebagian tanaman cabai mati, yang dapat menimbulkan kerugian bagi petani.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Jumat (26/8/2022), penyakit layu pada tanaman cabai bisa disebabkan oleh jamur dan bakteri.

Penyakit layu yang disebabkan oleh serangan jamur disebut layu fusarium. Sementara itu, penyakit layu bakteri adalah penyakit layu yang ditimbulkan oleh serangan bakteri.

Baca juga: Penyebab dan Cara Menangani Penyakit Patek Tanaman Cabai

Ilustrasi tanaman cabai merah besar. SHUTTERSTOCK/ORLIO Ilustrasi tanaman cabai merah besar.

Pengendalian terhadap penyakit ini harus disesuaikan menurut sumber penyebabnya. Berikut perbedaan penyakit layu fusarium dan layu bakteri pada tanaman cabai dan cara mengatasinya.

Penyakit layu fusarium

Layu fusarium bisa menyerang tanaman cabai kapan saja, terutama pada musim hujan. Pada musim hujan, jamur Fusarium oxysporum mudah berkembang biak dan menyebar dari satu tanaman ke tanaman lainnya.

Tingkat kelembapan yang tinggi, genangan air hujan di lahan dan pH tanah yang rendah sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan jamur ini.

Infeksi penyakit ini terjadi pada leher batang bagian bawah tanaman yang bersinggungan dengan tanah. Bagian tersebut membusuk dan berwarna coklat.

Baca juga: Simak, Kelebihan dan Kekurangan Menanam Cabai Merah pada Musim Kemarau

Infeksi menjalar ke akar sehingga mengalami busuk basah. Apabila kelembaban tanah cukup tinggi, bagian leher batang yang semula busuk kering tersebut berubah warna menjadi putih keabu-abuan karena terbentuk massa spora.

Serangan layu fusarium juga dapat menjalar pada bagian ranting tanaman dan berakhir pada layunya daun tanaman yang dapat menyebabkan kematian pada tanaman.

Ilustrasi tanaman cabai. SHUTTERSTOCK/PAPA ANNUR Ilustrasi tanaman cabai.

Serangan ini dijumpai pada tanaman baik usia muda maupun sudah dewasa.

Gejala penyakit layu fusarium yaitu tanaman akan tampak layu pada pukul 10.00 sampai 14.00  dan akan kembali segar pada pagi serta sore hari selama proses fotosintesis berkurang.

Baca juga: Cara Membuat Pupuk Alami untuk Cabai Rawit agar Berbuah Lebat

Penyakit layu fusarium dapat dikendalikan dengan cara berikut ini.

Penggunaan trichoderma

Trichoderma merupakan agensia hayati berupa jamur yang dapat melawan perkembangan jamur pathogen. Fungisida alami ini sangat efektif dan efisien untuk mencegah layu fusarium.

Cara penggunaannya adalah dengan mencampurkan dengan pupuk kandang sebagai pupuk dasar atau bisa juga dikocorkan pada setiap lubang tanaman.

Mencabut tanaman bergejala

Tanaman yang terlihat layu karena layu fusarium sebaiknya dicabut dan dibakar. Jika perlu tanah bekas tanaman terserang juga dibuang atau disemprot dengan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil atau tembaga hidroksida untuk mencegah penularan yang lebih cepat ke tanaman yang masih sehat.

Baca juga: Mengenal Penyakit Layu pada Tanaman Cabai dan Cara Mengatasinya

Penggunaan pupuk yang tepat

Mengurangi penggunaan pupuk berkadar N (nitrogen) tinggi seperti pupuk urea. Penggunaan pupuk urea yang berlebihan akan menyebabkan tanaman sukulen dan mudah terserang penyakit.

Dianjurkan untuk menggunakan pupuk NPK.

Rotasi tanaman

Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tahan terhadap layu fusarium guna mengendalikan populasi dan perkembangan jamur Fusarium oxysporum di lahan pertanian.

Penyebab tanaman cabai layu bisa bermacam-macam, bisa karena kebanyakan atau malah kekurangan air.Unsplash/Iwona Banasik Penyebab tanaman cabai layu bisa bermacam-macam, bisa karena kebanyakan atau malah kekurangan air.

Penyakit layu bakteri

Layu bakteri merupakan penyakit layu yang disebabkan oleh serangan bakteri Psedomonas solanacaearum. Untuk membedakan antara penyakit layu bakteri dan penyakit layu fusarium adalah dengan cara mencabut tanaman yang sakit lalu memotong bagian akarnya.

Baca juga: Cara Menanam Benih Cabai agar Cepat Tumbuh

Jika penyakit tersebut merupakan penyakit layu bakteri, pada bekas potongan tadi akan berlendir dan berbau.

Selain itu, bisa juga dengan mencelupkan bekas potongan tadi ke dalam air, maka tampak seperti asap yang larut di dalam air.

Penyakit layu bakteri lebih berbahaya daripada penyakit layu fusarium karena serangannya berlangsung sangat cepat.

Beberapa upaya untuk mengendalikannya antara lain sebagai berikut.

Baca juga: Simak, Cara Merangsang Pembuahan Cabai

  • Manfaatkan Pseudomonas fluerescens atau Bacillus subtilis sebagai agen hayati
  • Gunakan pupuk kandang yang telah masak dan terfermentasi untuk meningkatkan jumlah bakteri baik
  • Gunakan pupuk urea dengan dosis yang tepat
  • Celupkan bibit tanaman ke dalam bakterisida yang mengandung bahan aktif agrimycin
  • Mengatur sistem irigasi di lahan sebaik-baiknya agar tidak terjadi genangan air.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Asa Pohon Mete di Tanah Gersang
Varietas Tanaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Belajar dari Sukun Kukus: Menguatkan Ketahanan Pangan lewat Keanekaragaman
Varietas Tanaman
Halusinasi Negara Agraris
Halusinasi Negara Agraris
Tips
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Waktunya Jujur: Petani Butuh Fakta, Bukan Ilusi Statistik
Tips
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Jangan Korbankan Teh: Investasi Hijau untuk Masa Depan
Varietas Tanaman
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Mengungkap Potensi Kedawung yang Terabaikan
Varietas Tanaman
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Briket Arang Kelapa: Limbah Jadi Komoditas Ekspor
Varietas Tanaman
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Tanaman Penyelamat Lingkungan: Mencegah Banjir dan Longsor
Varietas Tanaman
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau