JAKARTA, KOMPAS.com - Ciplukan adalah buah kecil, yang ketika masak tertutup oleh perbesaran kelopak bunga. Tanaman ciplukan kaya khasiat bagi kesehatan, namun jarang ditemui di pasar, baik di pasar tradisional maupun pasar modern.
Dilansir laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Kamis (27/10/2022), bagian tanaman ciplukan yang dapat dimanfaatkan mulai dari daun, batang hingga buahnya sebagai ramuan obat. Peluang bisnis budidaya buah ciplukan ini masih sangat terbuka lebar.
Ciplukan (Physallis peruviana L.) masuk dalam satu keluarga tanaman Solanaceae termasuk terong. Ciplukan banyak memiliki nama berbeda tiap daerah, yaitu keceplokan, ciciplukan, kopok-kopokan (Bali), cecendet, cecenet (Sunda), nyornyoran (Madura), Leletokan (Minahasa), Kenampok (sasak), dan lapunonat (Tanimbar, Seram).
Baca juga: Mengenal Ciplukan, Awalnya Tanaman Liar, Kini Harganya Mahal
Ciplukan merupakan tumbuhan semak semusim, dan tergolong sebagai tanaman liar. Ciplukan biasanya tumbuh begitu saja di lahan kosong yang bertanah lembap namun tidak becek.
Ketinggian tanah yang baik untuk ciplukan tumbuh adalah sekitar 0 hingga 1.800 meter di atas permukaan laut. Tanaman ciplukan tumbuh tegak dengan tinggi tanaman antara sekitar 30 sampai 50 cm.
Batangnya berwarna hijau persegi, dan bercabang. Daun berseling dan berlekuk, bertangkai 7 sampai 25 mm, dengan bentuk bulat telur memanjang dan ujungnya lancip. Ukuran panjang 3,5 sampai 10 cm dan lebar 2,5 cm.
Pada permukaan daun bagian atas berwarna hijau, dan permukaan bawah berwarna hijau muda dan berambut halus. Bunga buah keluar dari pangkal, buahnya berbentuk seperti lampion atau lentera, bila sudah masak berwarna kuning, rasanya manis agak keasam-asaman.
Baca juga: Simak, Tahapan Budidaya Tanaman Sayur di Rumah
Berikut cara budidaya ciplukan.
Tanaman ciplukan cocok hidup di tanah yang subur, gembur, tidak tergenang air, dan memiliki pH mendekati netral. Tanaman ciplukan mampu hidup pada tanah yang kurus, agak padat, dan kurang terawat bersama tanaman liar yang lain.