Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mudah, Ini Cara Menanam Ubi Cilembu yang Rasanya Manis dan Enak

Kompas.com - 21/11/2022, 16:50 WIB
Siti Nur Aeni

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ubi Cilembu adalah kultivar ubi jalar lokal dari Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Ubi Cilembu dikenal juga dengan sebutan ubi madu karena saat dioven akan mengeluarkan cairan lengket seperti madu yang rasanya manis.

Selain manis, daya tarik lainnya dari ubi Cilembu yaitu pada warnanya. Daging ubi ini memiliki warna krem kemerahan saat mentah dan berwarna kuning ketika sudah dimasak.

Ubi Cilembu memiliki bentuk panjang berurat dan tidak mulus. Selain rasa, warna, dan bentuk yang menarik, ubi ini juga mengandung berbagai vitamin yang bermanfaat untuk kesehatan.

Baca juga: Cara Menanam Ubi Jalar Sistem Monokultur dan Tumpang Sari

Peminat yang tinggi membuat banyak petani tertarik menanam ubi ini. Cara menanam ubi Cilembu sebenarnya tidak berbeda jauh dengan cara budidaya ubi lainnya.

Dilansir dari buku Petunjuk Teknik Budidaya Ubi Cilembu Organik, Senin (21/11/2022), berikut penjelasan selengkapnya.

Ilustrasi ubi jalar, umbi cilembu atau ubi maduSHUTTERSTOCK/AtlasStudio Ilustrasi ubi jalar, umbi cilembu atau ubi madu

Persiapan bibit

Bibit ubi Cilembu bisa diperoleh dari perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dilakukan dengan menggunakan umbi. Sedangkan perbanyakan vegetatif bisa dilakukan dengan cara stek.

Menanam bibit dari stek dinilai lebih. Caranya dengan memotong batang tanaman yang memiliki dua ruas. Buah semua daun yang terdapat di batang yang di stek.

Baca juga: Cara Menanam Ubi Ungu agar Umbinya Besar

Setelah itu, letakkan di tempat teduh selama seminggu. Meskipun mudah akan tetapi penanaman bibit dari stek batang sebaiknya dilakukan untuk 3 sampai 5 generasi penanaman.

Pengolahan lahan

Tanah yang akan digunakan untuk menanam ubi Cilembu sebaiknya dibajak terlebih dahulu. Kemudian, buat bedengan setinggi 30 sampai 40 cm dengan lebar 60 hingga 100 cm dan jarak antar bedengan sekitar 40 sampai 60 cm.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Menjadikan Indonesia Pusat Hilirisasi Kelapa Dunia

Varietas Tanaman
'Superfood' Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

"Superfood" Daun Kelor: Nilai Gizi, Ekonomi, dan Lingkungan

Varietas Tanaman
Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses

Varietas Tanaman
Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Purwoceng, Ginseng Lokal Bernilai Tinggi

Varietas Tanaman
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan Serai Wangi

Varietas Tanaman
Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Kakao Indonesia: Dari Potensi Lokal ke Produk Premium Dunia

Varietas Tanaman
Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Sensasi Pedas Jaman Majapahit: Memanfaatkan Kembali Cabai Jawa

Varietas Tanaman
Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Pala: Warisan Nusantara Menuju Pemanfaatan Global

Varietas Tanaman
Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Anggur Muscat dan Keberpihakan pada Buah Lokal

Varietas Tanaman
Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Mengenal Gula Bit: Inovasi Pemanis

Varietas Tanaman
Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Peluang Stevia dalam Diversifikasi Industri Gula

Varietas Tanaman
Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Mengoptimalkan Keunggulan Tanaman Obat Indonesia

Varietas Tanaman
Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Menggali Peluang Ekonomi dan Manfaat Kayu Manis

Varietas Tanaman
Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Kacang Mete: Komoditas Potensial di Lahan Marginal

Varietas Tanaman
Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia

Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau