Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panduan Merawat Tanaman Sayuran di Halaman Rumah

Kompas.com - 05/05/2023, 14:55 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Budidaya sayuran di pekarangan atau halaman rumah bukan merupakan hal baru. Saat ini pun banyak pemilik yang memilih untuk menanam sayuran di halaman rumah untuk konsumsi sehari-hari.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam budidaya sayuran di halaman rumah, antara lain adalah harus memiliki nilai estetika atau keindahan sehingga selain dapat dikonsumsi juga dapat mempercantik halaman rumah.

Strategi yang dapat dilakukan antara lain melalui pengaturan jenis, bentuk, dan warna tanaman. Selain itu, model yang digunakan sebaiknya bersifat mobile atau mudah untuk dipindahkan.

Baca juga: Benih Sayuran yang Cepat Tumbuh, Bisa Ditanam di Rumah

Ilustrasi menanam tomat di pot di balkon. SHUTTERSTOCK/VAIRVIRGA Ilustrasi menanam tomat di pot di balkon.

Hampir semua jenis tanaman sayuran dapat ditanam dalam dan bedengan, misalnya bayam, kangkung, sawi, selada, kenikir, kemangi, kucai, seledri, cabai, tomat, terong, pare, kacang panjang, timun, oyong, dan lainnya.

Sayuran buah cocok untuk ditanaman dalam pot, polybag atau paralon dan bambu yang ditegakkan sehingga dapat menampung media tanam dalam jumlah cukup banyak.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Jumat (5/5/2023), berikut beberapa aspek perawatan tanaman sayuran di halaman rumah.

1. Pemupukan

Untuk sayuran organik yang dibudidayakan secara organik, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos, baik berbentuk curah maupun granul.

Baca juga: Simak, Ini Cara Menyimpan Sayuran agar Tetap Segar

Pemberian pupuk dilakukan pada saat pembuatan media tanam dengan menambah volume pupuk kompos atau pupuk kandang lebih banyak dalam media tanam, misalnya 2 atau 3 bagian dibandingkan tanah dan sekam.

Ilustrasi pupuk cair.SHUTTERSTOCK / The little paint Ilustrasi pupuk cair.

Pupuk susulan dapat berupa pupuk organik cair yang telah tersedia di toko-toko sarana pertanian atau dengan cara membuat sendiri.

Intensitas pemberian pupuk organik biasanya dilakukan tiga sampai tujuh hari sekali dengan cara melarutkan 10 sampai 100 ml pupuk dalam 1 liter air dan disiramkan secara merata pada media tanam.

Pada sayuran buah, disebabkan masa pertumbuhan yang lebih panjang, maka selain pemberian pupuk organik cair juga dapat dilakukan pemberian pupuk susulan berupa pupuk kandang atau pupuk kompos setiap 30 hari sekali sebanyak 50 sampai 100 gram atau 2 sampai 3 genggam pupuk per tanaman.

Baca juga: Tips Memilih Pot untuk Menanam Sayuran

Ilustrasi pupuk NPK mutiara. SHUTTERSTOCK/BON JOVI Ilustrasi pupuk NPK mutiara.

Untuk budidaya sayuran non organik, pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk kimia seperti pupuk majemuk NPK, campuran pupuk tunggal urea, TSP, dan KCL masing-masing satu bagian, atau pupuk pelengkap cair.

Jenis pupuk kimia tersebut bayak tersedia di toko sarana dan prasarana pertanian ataupun toko tanaman hias.

Pemupukan dapat dilakukan dengan cara menaburkan pupuk sebanyak setengah sampai 1 sendok teh di sekitar permukaan tanaman.

Setelah pupuk ditaburkan, maka harus segera dilakukan penyiraman tanaman untuk menghindari efek negatif kegaraman pupuk kimia terhadap tanaman.

Baca juga: 10 Jenis Sayuran Baby yang Cepat Panen dan Harganya Mahal

Pemupukan susulan dapat dilakukan dengan cara melarutkan 1 sendok pupuk NPK atau campuran pupuk urea, TSP, dan KCL ke dalam 10 liter air. Lalu siramkan secara merata pada media tanam. Pengulangan dapat dilakukan setiap 3 atau 7 hari sekali.

Ilustrasi kutu putih, hama kutu putih pada tanaman.SHUTTERSTOCK/TBAMPHOTO Ilustrasi kutu putih, hama kutu putih pada tanaman.

2. Pengendalian hama dan penyakit

Untuk sayuran organik, pengendalian hama dapat dilakukan secara fisik dengan cara membunuh atau membuang hama yang terdapat pada tanaman dan media tanam atau dapat juga secara kimiawi dengan insektisida nabati.

Insektisida nabati telah banyak dijual di kios-kios pertanian. Apabila memungkinkan, pestisida nabati dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sumberdaya yang terdapat di dapur dan pekarangan.

Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan memberikan agensia hayati. Agensia hayati secara terbatas telah mulai tersedia di kios-kios pertanian.

Baca juga: 10 Buah yang Sering Dikira Sayuran, Tomat hingga Mentimun

Apabila tidak tersedia agensia hayati, pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara memusnakan tanaman terserang sehingga tidak menulari tanaman lainnya.

Untuk penyakit virus yang penyebarannya diperantarai serangga, seperti kutu pucuk atau kutu daun, maka pengendalian dapat dilakukan dengan cara menghalangi serangga vektor melalui aplikasi pestisida nabati.

Untuk sayuran non organik, maka pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan menggunakan pestisida kimia (insektisida dan fungisida) sesuai cara dan dosis anjuran.

Namun demikian, diingatkan bahwa aplikasi pestisida kimia pada tanaman pekarangan sebaiknya dihindari karena besar risiko terhadap anggota keluarga, khususnya anak-anak.

Baca juga: 6 Tanaman Sayuran yang Bisa Hidup di Tempat Teduh, Apa Saja?

 

Sebaiknya dilakukan secara mekanik dan era-dikatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com