JAKARTA, KOMPAS.com - Cabai adalah salah satu komoditas strategis di Indonesia, karena dapat memengaruhi tingkat inflasi akibat fluktuasi harga yang sering terjadi di pasaran. Salah satu jenis cabai yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah cabai rawit.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Kamis (29/12/2022), cabai rawit (Capsicum frutescens) termasuk dalam famili Solanaceae dan merupakan tanaman berumur panjang (menahun).
Tanaman cabai rawit dapat hidup antara dua hingga tiga tahun apabila dipelihara dengan baik dan kebutuhan haranya tercukupi.
Baca juga: Cara Membuat Media Tanam untuk Cabai Rawit di Polybag
Terdapat beberapa jenis cabai rawit, antara lain rawit kecil, sedang dan besar. Umumnya cabai rawit kecil rasanya sangat pedas.
Budidaya cabai rawit secara umum tidak berbeda nyata dengan budidaya cabai merah. Namun, yang harus diperhatikan adalah jarak tanam dan pemupukannya.
Karena umurnya yang panjang, pemupukannya lebih banyak. Umumnya tanaman cabai rawit lebih tahan terhadap penyakit dibanding cabai yang lainnya.
Pemupukan merupakan salah satu komponen yang sangat mempengaruhi hasil bagi petani cabai, sehingga komponen pupuk ini harus benar-benar dipahami dan dilaksanakan oleh petani dalam usaha taninya.
Baca juga: Media Tanam Cabai Rawit di Polybag, Apa Saja?
Berikut panduan pupuk untuk cabai rawit agar rajin berbuah.
Pemupukan cabai rawit disesuaikan dengan kondisi lahan spesifik lokasi. Kebutuhan pupuk meliputi pupuk kandang sebanyak 10 sampai 30 ton per hektar, pupuk urea sebanyak 200 sampai 300 kg per hektar, pupuk SP-36 sebanyak 200 sampai 300 kg per hektar, dan pupuk KCl sebanyak 150 sampai 250 kg per hektar.