Varietas unggul lebih tanggap terhadap pupuk nitrogen dibanding varietas lokal. Pada lahan kering, penggunaan pupuk N tidak lebih dari 100 kg per hektar, sedangkan pada lahan cukup air dapat mencapai 135 kg per hektar.
Pupuk nitrogen diberikan satu kali pada umur 10 hari setelah tanam atau dua kali, sepertiga takaran pada saat tanam dan dua pertiga takaran 3-4 minggu setelah tanam atau bersamaan dengan pembumbunan.
Pupuk diberikan di samping tanaman dengan cara tugal kemudian ditutup untuk mengatasi kehilangan pupuk nitogen. Sementara itu, pupuk fosfor dapat meningkatkan hasil sorgum.
Baca juga: Jokowi Sebut Sorgum Bisa Jadi Alternatif Hadapi Krisis Pangan Dunia
Selama pemeliharaan tanaman kegiatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, pemberian air, dilakukan jika tanaman kekurangan air.
Sebaliknya, kelebihan air justru harus segera dibuang melalui saluran drainase. Sorgum termasuk tanaman yang toleran kekeringan, namun pada periode tertentu memerlukan air dalam jumlah yang cukup, yaitu pada saat tanaman berdaun empat (pertumbuhan awal) dan periode pengisian biji sampai biji mulai mengeras.
Kedua, penyiangan gulma. Kompetisi tanaman sorgum dengan gulma dapat menurunkan hasil dan kualitas biji, terutama pada awal musim hujan.
Bahkan keberadaan gulma dapat menurunkan hasil sorgum secara nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil sorgum turun 10-20 persen.
Baca juga: Kemendag Lepas Ekspor 10 Produk Olahan Sorgum Senilai Rp 700 Juta ke Timor Leste dan Malaysia
Ketiga, pembumbunan, yang dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau tiga sampai empat minggu setelah tanam atau sebelumnya.
Pembumbunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman, kemudian menimbunkan tanah pada pangkal batang untuk merangsang pertumbuhan akar dan memperkokoh tanaman agar tidak mudah rebah.