Kemudian, pemupukan dilakukan tiga kali saat umur 7 sampai 10 HST, 28 sampai 30 HST, dan 40 sampai 45 HST pada tanah yang didominasi pasir. Pemupukan ketiga menggunakan bagan warna daun (BWD) untuk menentukan kebutuhan nitrogen tanaman.
Baca juga: 7 Varietas Jagung Unggul di Indonesia, Apa Saja?
Takaran pupuk tunggal per hektar yang umum digunakan adalah 350 kg pupuk urea, 200 kg pupuk SP-36, dan 100 kg pupuk KCl. Adapun takaran pupuk majemuk per hektar yang digunakan adalah 400 kg pupuk NPK 15-15-15, 270 kg pupuk urea, dan 80 kg pupuk SP-36.
Jumlah unsur nitrogen yang dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan tanaman ditentukan melalui pembacaan BWD pada umur tanaman 42 sampai 45 HST.
Penyiangan gulma dilakukan saat gulma mulai tumbuh dengan menggunakan cangkul atau alat penyiang lainnya. Pengendalian gulma juga bisa dilakukan dengan menggunakan herbisida selektif tanaman jagung.
Herbisida selektif khusus untuk gulma pada tanaman jagung tersebut ada yang berbahan aktif tunggal, yaitu ametri dan herbisida berbahan aktif ganda yaitu campuran atrazin dan mesotrion.
Baca juga: Cara Menanam Jagung Manis agar Tahan Hama dan Penyakit
Cara aplikasi herbisida selektif pada tanaman jagung disemprotkan pada pertanaman jagung pada umur 7 sampai 14 hari setelah tanam.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung seperti hama penggerek batang, ulat tongkol, kutu daun, belalang, dan tikus, serta penyakit seperti bule, karat, hawar daun, dan hawar pelepah.
Cara pengendaliannya bisa dengan menggunakan insektisida, rodentisida, dan fungisida atau bakterisida. Penggunaan pertisida harus tepat sasaran dengan mengamati jenis hama dan gejala seragan hama dan penyakit pada tanaman jagung.
Jagung mulai berbunga setelah 50 hari. Sepuluh hari sebelum panen utama, sebaiknya dilakukan panen jagung muda.