JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembangan penanganan pascapanen harus dipandang sebagai bagian dari sistem budidaya secara keseluruhan. Setiap mata rantai memiliki peran yang saling terkait.
Dalam budidaya jamu tiram, jika tidak ditangani dengan segera, maka akan mengakibatkan kerusakan secara biologis, fisik, dan kimiawi.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Jumat (27/1/2023), sifat mudah rusak (perishable) dari produk mengakibatkan tingginya susut pascapanen serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan.
Baca juga: Cara Menanam Jamur Kuping yang Benar agar Panennya Melimpah
Dalam upaya mempertahankan mutu dan daya simpan jamur segar, meningkatkan penampilan dan menekan kehilangan atau kerusakan jamur yang diiringi dengan peningkatan konsumsinya, perlu dilakukan upaya penanganan pascapanen.
Penanganan pascapanen itu harus mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) baik dan benar sesuai dengan pedoman penanganan pascapanen jamur yang ditetapkan dalam Good Handling Practices (GHP).
Berikut tahapan pascapanen jamur tiram agar kualitasnya terjaga.
Penyiapan bahan baku segar adalah kegiatan menyiapkan bahan baku jamur tiram segar untuk selanjutnya dilakukan ke proses penanganan.
Baca juga: Cara Membuat Kaldu Jamur, Olahan Pascapanen Jamur Tiram
Tujuan penyiapan bahan baku segar adalah untuk mempersiapkan bahan baku segar untuk ditangani lebih lanjut agar tetap segar sampai ke tangan konsumen.
Jamur yang disiapkan merupakan jamur tiram yang cukup umur panen, segar dan tidak rusak atau busuk, pilih jamur segar yang telah cukup umur, yaitu 30 hari sejak inokulasi atau seminggu setelah baglog dibuka atau dua sampai tiga hari setelah munculnya primordia (pinhead atau gerombolan bakal jamur).