JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu tantangan dalam budidaya cabai adalah cuaca. Saat musim kemarau, hama tanaman cabai akan berkembang pesat, sementara saat musim hujan patogen penyakit berkembang baik pada kondisi kelembapan tinggi.
Salah satu penyakit yang menyerang tanaman cabai adalah penyakit patek atau antraknosa. Ini adalah penyakit utama tanaman cabai yang menyebabkan kerugian secara ekonomi dan merupakan penyakit penting di daerah tropis maupun subtropis.
Dikutip dari laman Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, Sabtu (20/1/2024), penyakit yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici ini berkembang pesat pada kondisi kelembapan yang relatif tinggi.
Baca juga: Cara Menanam Cabai di Lahan Sempit, Mudah untuk Pemula
Umumnya serangan penyakit patek pada tanaman cabai di Indonesia akan mengakibatkan kehilangan panen sebesar 14 sampai 30 persen.
Cendawan patek dapat menginfeksi cabang, ranting, daun dan buah cabai. Serangannya dimulai sejak fase perkecambahan, fase vegetatif, fase generatif, hingga pascapanen.
Infeksi pada buah cabai terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan sesudah tua.
Gejala penyakit patek tanaman cabai diawali dengan adanya bintik-bintik kecil berwarna kehitam-hitaman dan sedikit melekuk pada permukaan buah. Gejala lebih lanjut adalah buah mengkerut, kering, membusuk dan jatuh.
Baca juga: Tahapan Pengolahan Lahan untuk Menanam Cabai
Bercak berbentuk bundar atau cekung dan berkembang pada buah yang belum dewasa atau matang dari berbagai ukuran. Biasanya bentuk bercak beragam pada satu buah cabai dan ketika penyakit semakin parah, bercak akan bersatu.
Pengendalian penyakit patek tanaman cabai dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya sebagai berikut.
1. Menggunakan bibit yang sehat.
2. Menggunakan lahan yang bukan bekas dari tanaman famili solanaceae seperti terong, tomat, paprika, dan lainnnya.
Baca juga: Jenis Cabai yang Banyak Tumbuh di Indonesia, Apa Saja?
3. Melakukan perempelan tunas air, penyiangan dan pengaturan genangan air.
Semua cara tersebut merupakan bagian dari tindakan pencegahan, yang ditujukan agar lingkungan sekitar tanaman tidak lembap, mengingat antraknosa disebabkan oleh jamur yang perkembangannya sangat didukung oleh lingkungan yang lembap.
4. Menggunakan jarak tanam yang agak lebar, sekitar 65 sampai 70cm dan ditanam secara zig-zag. Ini bertujuan untuk mengurangi kelembapan udara serta menjadikan sirkulasi udara lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar.
5. Menggunakan mulsa hitam perak agar sinar matahari dapat dipantulkan ke bagian bawah permukaan daun atau tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi. Selain itu, penggunaan mulsa plastik dapat mencegah persebaran spora melalui percikan air hujan.
Baca juga: Cara Menanam Cabai Rawit Hijau, Bisa Dipanen Berkali-kali
6. Menambahkan pupuk yang mengandung unsur kalsium tinggi. Pemberian kalsium dapat membuat dinding sel tanaman menjadi lebih kuat dan lebih susah ditembus oleh jamur.
Pemberian kalsium dapat dilakukan dengan cara pengocoran dolomit (CaMg(CO3)2).
7. Alternatif pengendalian terakhir bisa dilakukan dengan menggunakan fungisida kontak seperti mankozeb, propineb, klorotalonil, dan tembaga hidroksida. Atau dengan fungisida sistemik seperti benomil, metalaksil, dimetomorf, difenokonazol, tebukonazol, dan lain-lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.