Lahan dengan tingkat kesuburan sedang dapat dibersihkan dari gulma yang ada. Kemudian dengan cangkul sedikit saja bagian tanah yang subur guna mencegah tanah yang banyak humusnya tidak tertanam kembali ke bagian yang dalam.
Lahan dengan tingkat kesuburan yang baik dapat dilakukan penanaman dengan sistem TOT (Tanpa Olah Tanah) dengan menggunakan herbisida atau dengan membersihkan gulma secara konvensional.
Baca juga: Mengenal Budidaya Padi Salibu untuk Mempercepat Swasembada Pangan
Tanah yang telah diolah sebaiknya dibuat guludan sesuai kebutuhan dan kondisi tanah dengan tujuan pembuatan guludan adalah memperbaiki drainase dan mencegah penggenangan air.
Panjang guludan disesuaikan dengan panjang lahan, tinggi tumpukan tanah atau guludan sekitar 25 sampai 30 cm dengan lebar dasar sekitar 30 sampai 40 cm.
Benih jewawut yang akan ditanam sebaiknya mempergunakan benih bermutu dari varietas unggul dan bersertifikat dengan label biru. Sampai saat ini, varietas unggul jewawut masih merupakan varietas lokal.
Tanaman jewawut dapat diperbanyak dengan pembiakan generatif yaitu menanam dengan menggunakan biji. Kebutuhan benih adalah 8 sampai 12 kg per hektar.
Baca juga: Budidaya Tanaman Uwi, Tanaman Pangan yang Mengenyangkan
Untuk penyimpanan dalam jangka panjang diperlukan perlakuan khusus seperti mengeringkan benih hingga kadar air benih mencapai optimal yaitu sekitar 12 persen jika benih akan disimpan dalam waktu yang lama sehingga viabilitas benih tetap terjaga.
Benih yang akan ditanam direndam terlebih dahulu dengan insektisida yang bertujuan menghindarkan benih yang ditanam dari semut.
Benih yang digunakan harus memiliki daya kecambah lebih dari 80 persen dengan vigor yang baik dan tidak tercampur dengan benih lain atau varietas lain, dan tidak mengandung organisme pengganggu tanaman (OPT).