Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Moler atau Layu Fusarium Bawang Merah: Gejala dan Solusinya

Kompas.com - 25 Januari 2023, 16:23 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bawang merah adalah salah satu tanaman hortikultura penting di Indonesia. Pun bawang merah merupakan tanaman budidaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Namun demikian, tidak jarang petani menghadapi berbagai kendala dan rintangan dalam budidaya bawang merah. Masalah utama dalam usaha budidaya bawang merah adalah gangguan serangan hama maupun penyakit yang sangat merugikan.

Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tidak sedikit, bahkan bisa mengakibatkan gagal panen.

Baca juga: Cara Menanam Bawang Merah untuk Memproduksi Benih TSS

Ilustrasi tanaman bawang merah, menanam bawang merah.SHUTTERSTOCK/ITMAN_47 Ilustrasi tanaman bawang merah, menanam bawang merah.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Rabu (25/1/2023), salah satu penyakit tanaman bawang merah adalah penyakit moler atau layu fusarium. Ini adalah penyakit utama pada tanaman bawang merah yang sangat berbahaya.

Penyakit moler bawang merah disebabkan oleh jamur patogen Fusarium oxysporum f.sp. cepae.

Peningkatan intensitas serangan penyakit moler diduga disebabkan oleh perubahan iklim yang tidak menentu akhir-akhir ini. Perubahan iklim mempengaruhi perkembangan cendawan patogen secara fisiologis dan molekuler.

Pengaruh itu bisa berdampak pada meningkatnya keganasan patogen, menurut Karen A Garrett, peneliti di Department of Plant Pathology, Kansas State University, Amerika Serikat.

Baca juga: Media Tanam Bawang Merah yang Subur dan Gembur

Selain itu meningkatnya serangan moler juga disebabkan oleh kebiasaan petani yang secara terus menerus menanam bawang merah tanpa pergiliran tanaman.

Penggunaan bibit yang tidak selektif, menggunakan bibit terinfeksi serta kandungan organik tanah yang rendah juga memicu meningkatnya serangan moler.

Gejala penyakit moler atau layu fusarium bawang merah

Serangan layu fusarium mengganas saat musim hujan, di mana curah hujan yang tinggi dan pada kondisi lingkungan yang lembap memicu perkembangan jamur fusarium sangat cepat.

Penyakit moler biasanya menyerang tanaman bawang merah saat umur tanaman 35 sampai 45 hari setelah tanam. Jika bibit yang digunakan adalah bibit yang terifeksi, gejala lebih cepat terlihat yaitu pada umur 5 sampai 10 hari setelah tanam.

Baca juga: 5 Varietas Bawang Putih Lokal dan Karakteristiknya

Ilustrasi bawang merahSHUTTERSTOCK/CHAIWAT P Ilustrasi bawang merah

Gejala serangan fusarium pada tanaman bawang merah antara lain sebagai berikut.

  • Tanaman bawang merah layu mendadak
  • Warna daun berubah menguning dan melengkung
  • Akar tanaman membusuk dan tanaman mudah tercabut
  • Daun mengerut dan melintir
  • Daun terkulai
  • Umbi bawang merah membusuk, terdapat koloni jamur berwarna putih dan akhirnya tanaman bawang merah mati

Cara mengendalikan penyakit moler atau layu fusarium bawang merah

Jamur Fusarium oxsporum adalah patogen yang sulit dikendalikan, apalagi jika tanaman sudah terlanjut terinfeksi kecil kemungkinan untuk bisa diselamatkan.

Baca juga: Berapa Jarak Tanam Bawang Merah yang Ideal? Ini Penjelasannya

Pengendalian dan pencegahan harus dilakukan sejak awal, yaitu sejak pengolahan lahan dan pemilihan bibit.

Berikut ini beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit moler atau layu fusarium pada bawang merah.

1. Pengendalian secara teknis dan hayati

Pertama, lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang. Cara ini dilakukan untuk memutus siklus hidup fusarium yang ada di dalam tanah.

Ilustrasi bawang merah.PIXABAY/SUANPA Ilustrasi bawang merah.

Kedua, pengolahan lahan yang baik, antara lain dengan pemncangkulan dan penjemuran lahan, serta membersihkan sisa-sisa tanaman sebelumnya.

Baca juga: Gejala dan Cara Mengendalikan Penyakit Moler Bawang Merah

Ketiga, pengapuran dengan kapur dolomit untuk meningkatkan pH tanah. pH tanah yang rendah adalah kondisi terbaik dan disukai jamur patogen.

Keempat, pastikan drainase yang baik untuk mencegah genangan air hujan di area pertanaman.

Kelima, menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan gulma dan rumput liar agar area pertanaman tidak terlalu lembap.

Keenam, selektif dalam memilih benih dengan menggunakan benih atau bibit yang sehat dan bebas dari fusarium.

Baca juga: Manfaat dan Cara Membuat Zat Pengatur Tumbuh dari Bawang

Ketujuh, gunakan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) plus agens hayati Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.

Terakhir, mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular ke tanaman lainnya.

2. Pengendalikan secara kimiawi dengan fungisida

Hingga saat ini belum ada fungisida kimia yang benar-benar ampuh mengendalikan jamur Fusarium penyebab penyakit moler. Namun, cara-cara berikut ini tidak ada salahnya untuk dicoba.

Berikut ini upaya untuk mengendalikan penyakit moler dengan perlakuan fungisida kimia.

Baca juga: Tahapan Budidaya Bawang Putih Organik yang Ramah Lingkungan

Pada lima hingga tujuh hari sebelum tanam, semprot lahan dengan fungisida berbahan aktif azoksistrobin dan difenokonazol.

Penyemprotan fungisida dilakukan dengan interval lima hingga tujuh hari sekali, dimulai sejak tanaman berusia 10 hingga 15 hari setelah tanam.

Aplikasi agens hayati (Trichoderma sp, Glicladium sp, PGPR, Pseudomonas fluorescens, dan lainnya) sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan fungisida sintetis kimia.

Dikhawatirkan fungisida sintetis dapat mengganggu perkembangan agens hayati, sehingga agens hayati tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Aplikasi bisa dilakukan bergantian dengan selang waktu beberapa hari.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Potensi Sabut Kelapa yang Masih Terbuang
Varietas Tanaman
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Pelajaran Swasembada Gula Nasional
Varietas Tanaman
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Mengandaikan Generasi Z Menjadi Agripreneurship
Tips
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Transformasi Kelapa: Dari Komoditas Tradisional ke Industri Bernilai Tinggi
Varietas Tanaman
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Aroma Kopi Jawa Timur: Potensi dari Lereng Ijen hingga Lembah Argopuro
Varietas Tanaman
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Ekonomi Babel: Lada Sebagai Andalan, Bukan Timah
Varietas Tanaman
Masa Depan Pala Banda
Masa Depan Pala Banda
Varietas Tanaman
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Revitalisasi Kebun Teh: Menyatukan Alam, Wisata, dan Harapan
Varietas Tanaman
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Pasar Organik dan Produk Perkebunan
Varietas Tanaman
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
DNA Petani Kita, Tangguh di Era Modernisasi
Perawatan
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Menikmati Renyahnya Potensi Kenari Ternate
Varietas Tanaman
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Menata Ulang Kemitraan Gula: Jalan Menuju Kemandirian
Varietas Tanaman
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Kluwek: Rahasia Kepayang pada Kuliner Nusantara
Varietas Tanaman
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Varietas Tanaman
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Optimisme Pengembangan Kelapa Indonesia
Varietas Tanaman
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau